Gojek tahun ini mengidentifikasi aksinya selaku perusahaan rintisan yang telah berumur 10 tahun. Menurut Co-CEO Gojek, Kevin Aluwi, dianya tidak menduga Gojek menjadi seperti saat ini.
“Selaku salah satunya co-founder Gojek, sebenarnya saya sendiri tidak paham jika Gojek dapat keluar dari Jakarta. Itu ibarat gagasan kelak,” katanya waktu pertemuan jurnalis virtual, Kamis (12/11/2020).
Dalam waktu satu dasawarsa ini, Kevin menjelaskan Gojek telah alami banyak perombakan. Diantaranya ialah Gojek sekarang menjadi super app yang datang di empat negara Asia Tenggara, dari mulanya ialah service call center.
“Dari 20 partner pada 2010, sekarang ada dua juta partner di 2020. Lantas pada 2015 ada 10 ribu partner merchant di 2015, saat ini ada 900 ribu partner merchant,” katanya menerangkan.
Disamping itu, Gojek sekarang sudah datang dengan service dompet digital Gopay, dari mulanya memakai memakai pembayaran tunai. “Sekarang Gopay sudah jadi service dompet paling depan serta jadi salah satunya kami lakukan inklusi keuangan,” katanya meneruskan.
Kevin mengucapkan syukur ekosistem Gojek bisa memberi imbas positif untuk perekonomian Indonesia. Hal tersebut dijumpai dari laporan Instansi Demografi Fakultas Ekonomi serta Usaha Kampus Indonesia, nilai produksi ekosistem Gojek sama dengan 1 % PDB nasional.
“Itu seluruh dapat dikerjakan karena tiga program super. Kemungkinan banyak yang mengenali program cuman untuk customer, tetapi ada pula untuk driver serta merchant. Ini dapat dikerjakan karena suport dari seluruh ekosistem itu,” katanya meneruskan.
Selain itu, Gojek sejauh 2020 lagi lakukan beberapa pengembangan, ingat tahun ini cukup melawan untuk perusahaan sendiri atau rekanan ekosistem.
“Kami melawannya dengan taktik yang lebih resilient, dengan konsentrasi perusahaan untuk selalu memberikan dukungan ekosistem,” papar Co-CEO Gojek, Andre Soelistyo.
Oleh karenanya, Gojek bukan hanya memusatkan investasi serta pengembangan di tehnologi, dan juga taktik yang memberikan dukungan operasional tahun ini. Karena itu, beberapa pengembangan yang didatangkan fokus supaya customer memercayai service Gojek.
“Jadi, kami konsentrasi pada service yang higienis serta kepercayaan ingat sekarang ini masihlah ada wabah,” katanya meneruskan. Tentang hal pengembangan yang diperuntukkan untuk service mencakup ide J3K, Gojek Shield, service investasi digital, sampai memperlebar service grocery.
Gojek mulai mengaplikasikan metode mekanisasi jemu memberikan dukungan beberapa partner UMKM. Hal tersebut dikerjakan dengan GoBiz Self-Serve Onboarding serta CareTech Ticket Automation, terhitung meningkatan sumber daya manusia di perusahaan.
Andre menjelaskan esensial perusahaan pada tahun ini makin kuat karena disokong keseluruhan nilai transaksi bisnis dalam basis Gojek (Gross Transaction Value-GTV) sudah capai USD 12 miliar (Rp 170 triliun).
Disamping itu, Andre menjelaskan perolehan tahun ini ialah Gojek sukses cetak keuntungan operasional di luar ongkos headquarter atau yang lebih diketahui dengan arti contribution margin positive.
“Adanya perubahan ini, kami bertambah lebih confidence, sebab yang akan datang untuk capai usaha yang lebih sustainable memungkinkan,” katanya menerangkan.
Pencapain itu disebutkan tidak terlepas dari 38 juta pemakai aktif bulanan Gojek yang menyebar di Asia Tenggara. Andre menjelaskan GTV dari service GoPay sekarang ini sudah melebihi di periode pra-pandemi.
“Ini berlangsung bersamaan dengan makin bertambahnya customer serta merchant yang berpindah ke service digital, lalu berbisnis secara online,” papar Andre menjelaskan.